Allah Tidak Menilai Seseorang Dengan Rupa Atau Kekayaannya
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Allah Tidak Menilai Seseorang Dengan Rupa Atau Kekayaannya merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Nasihat-Nasihat Para Sahabat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 30 Rajab 1441 H / 25 Maret 2020 M.
Kajian Tentang Allah Tidak Menilai Seseorang Dengan Rupa Atau Kekayaannya
Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رُبَّ أَشْعثَ أغبرَ مدْفُوعٍ بالأَبْوَابِ لَوْ أَقْسمَ عَلَى اللَّهِ لأَبرَّهُ
“Berapa banyak orang yang rambutnya acak-acakan berdebu, tertolak di pintu-pintu (maksudnya orang ini orang yang miskin, orang yang susah, orang yang tidak punya kedudukan sama sekali. Jika ia dia datang ke sebuah rumah untuk meminta pertolongan, ia tertolak bahkan diusir), tapi kalau ia sudah bersumpah atas nama Allah, Allah langsung ijabah doanya (karena ketakwaannya, karena keyakinan dia dan tsiqah dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang luar biasa)”. (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menilai seseorang dengan rupa, Allah tidak menilai seseorang dengan kekayaan. Sebagaimana dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
Di mata Allah tidak terbedakan antara orang ganteng dengan orang yang tidak ganteng, orang yang cantik dan orang yang tidak cantik. Tidak dibedakah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala antara kulit putih dan kulit hitam. Yang membedakan di mata Allah adalah ketakwaan. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia dihadapan Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)
Bukan yang paling kaya, kalau lah yang paling kaya itu yang paling mulia dimata Allah, tentu si Qarun yang paling mulia. Bukan pula orang yang punya kedudukan. Kalau lah orang yang paling mulia dimata Allah yang punya kedudukan, tentu Firaun yang paling mulia. Bukan pula orang-orang yang punya kecerdasan. Berapa banyak orang-orang yang cerdas akan tetapi mereka ternyata tidak beriman kepada Allah dan RasulNya.
Lihat orang-orang yang diberikan kecerdasan itu, seperti Aristoteles, Plato, Archimedes, demikian pula penemu-penemu teknologi yang luar biasa. Tapi ternyata tidak beriman kepada Allah. Sama sekali itu tidak bermanfaat dimata Allah. Yang paling mulia dimata Allah adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka kita melihat seseorang adalah dengan ketakwaan, bukan dengan sebatas kekayaan. Demikian pula kita memuliakan seseorang karena ketakwaan dia kepada Allah, bukan sebatas karena ia punya kedudukan. Siapapun dia, semiskin apapun orang itu, kalau dia bertakwa, kita muliakan dia. Semiskin apaun dia, kalau dia senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya, kita cintai dia.
Jangan kita seperti orang munafik. Orang munafik itu terlihat badannya bagus, ucapannya hebat. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّـهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ ﴿٢٠٤﴾
“Diantara manusia -kata Allah- ada yang ucapannya itu membuat kagum kamu saking hebatnya dia dalam berbicara, dan ia mempersaksikan kepada Allah terhadap apa yang ada di hatinya berupa kemunafikan, sudah begitu dia pandai berdebat dan bertengkar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 204)
Jangan kita seperti itu yang hanya sebatas terlihat hebat dalam berbicara, ingin terlihat kelebihan kita, ternyata dimata Allah kita termasuk orang yang paling jauh dan paling dibenci orang Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِن مِنْ أَحَبِّكُم إِليَّ، وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجلساً يَومَ القِيَامَةِ، أَحَاسِنَكُم أَخلاقاً. وإِنَّ أَبَغَضَكُم إِليَّ وَأَبْعَدكُم مِنِّي يومَ الْقِيامةِ، الثَّرْثَارُونَ والمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling dekat tempatnya di antara kalian kepadaku pada hari kiamat nanti, yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Dan orang yang paling jauh tempatnya dariku kelak pada hari kiamat, orang yang banyak bicara dan difasih-fasihkan dan terlihat kehebatannya dengan sombongnya.” (HR. Tirmidzi)
Na’udzubillah.. Allah juga mensifati orang munafik dalam surat Al-Munafiqun itu:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ
“Kalau kamu melihat mereka, badan mereka membuat kamu kagum. Kalau mereka berbicara, kamu akan dengarkan ucapannya karena saking hebatnya dia dalam berbicara.” (QS. Al-Munafiqun[63]: 4)
Maka dari itu kita tidak menilai seseorang dari kepandaian berbicara, kita tidak melihat seseorang dari bagusnya tubuh dia dan bentuk dia, Allah tidak melihat itu semua. Yang dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ketakwaan yang ada di hatinya dan amalan shalihnya. Makanya di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Berapa banyak orang yang rambutnya kusut berdebu, tertolak di pintu-pintu, terusir dari pintu-pintu orang karena ia dianggap remeh, dianggap rendah tidak punya kedudukan. Tapi kalau dia sudah bersumpah atas nama Allah, Allah langsung dengar karena saking takwanya dia kepada Allah.” Subhanallah..
Mari simak kisah yang penuh manfaat ini pada menit ke-8:06
Download mp3 Kajian Tentang Allah Tidak Menilai Seseorang Dengan Rupa Atau Kekayaannya
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48335-allah-tidak-menilai-seseorang-dengan-rupa-atau-kekayaannya/